Melihat Penderitaan Orang Lain
Santapan Harian
Melihat Penderitaan Orang Lain
Ayub 25
Ketika melihat seseorang yang sedang mengalami kemalangan atau kesulitan, tidak jarang ada yang langsung menghubungkannya dengan dosa. Bagaimana seharusnya tanggapan kita dalam melihat penderitaan orang lain?
Bildad menggambarkan Allah dalam keberadaan-Nya yang penuh tenaga dan dahsyat (2). Tidak ada ciptaan yang dapat menyamai Allah (3).
Natur manusia berdosa menunjukkan bahwa tidak ada manusia pun yang benar-benar berada di hadapan Allah Yang Mahakudus (4). Di hadapan Allah, bulan dan bintang yang tampak begitu terang bagi manusia pun hanyalah cahaya redup (5). Bildad dengan tepat menggambarkan manusia seperti bernga atau ulat (6).
Secara sekilas pemikiran Bildad ini benar. Akan tetapi, apakah pemikiran ini tepat untuk disampaikan kepada Ayub?
Allah dalam keberadaan-Nya yang kekal memang berdaulat atas segala sesuatu. Namun, dunia di mana manusia hidup adalah dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Dalam dunia yang berdosa ini ada banyak penyebab penderitaan manusia.
Di sinilah letak kesalahan Bildad. Ia berupaya untuk membuat Ayub melihat penderitaannya sebagai akibat dari dosanya. Pemikiran Bildad tak hanya sempit, tetapi juga menjadi tuduhan yang salah kaprah. Pemikiran ini akan membuat seseorang selalu melihat penderitaan sebagai akibat langsung dari dosa. Di tengah penderitaan, orang itu akan merasa bersalah dan terdorong untuk menghakimi dirinya sendiri.
Penderitaan menjadi bagian yang tidak terhindarkan dalam dunia yang jatuh ke dalam dosa. Namun, kita tidak harus selalu melihat penderitaan sebagai hukuman atas dosa pribadi seseorang. Kita juga harus belajar untuk tidak mudah menghakimi orang lain yang sedang menderita sebagai orang berdosa.
Sebagai orang percaya, ketika menjenguk orang yang sedang sakit, mendengar seseorang yang sedang susah, dan menyaksikan sesama yang menderita, kita harus datang dengan empati dan kasih, bukan dengan pertanyaan yang membuatnya merasa bersalah dan dihakimi. [RGD]
Baca Gali Alkitab 5
Ayub 25
Bildad, salah seorang sahabat Ayub, menyajikan kebenaran teologi, yaitu sebuah kontras antara Allah dan manusia. Atas pertanyaan-pertanyaan Ayub, ia memberikan pembelaan tentang Allah yang berdaulat atas segala ciptaan dan atas Ayub yang terus membela dirinya sendiri.
Kebenaran yang diungkapkan Bildad adalah tidak seorang pun benar di hadapan Allah. Jika bulan dan bintang saja yang sinarnya terang dan cerah, ternyata begitu redup di hadapan Allah, apalagi manusia. Di hadapan Allah, manusia hanya seperti ulat kecil yang hidup di tengah bangkai busuk, dan ia sendiri pun kotor dan busuk.
Apa saja yang Anda baca?
1. Siapa yang menjawab Ayub? (1)
2. Siapa yang memiliki kekuasaan dan kedahsyatan? (2)
3. Bagaimana Bildad menggambarkan kebesaran Allah? (3)
4. Apakah manusia benar dan bersih di hadapan Allah? (4)
5. Bagaimana cahaya bulan dan bintang di hadapan terang Allah? (5)
6. Siapa yang diibaratkan seperti berenga atau ulat? (6)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa peringatan Tuhan kepada Anda jika Anda masih suka menyombongkan diri di hadapan-Nya?
2. Bagaimana seharusnya sikap Anda di hadapan Allah yang berkuasa dan dahsyat?
Apa respons Anda?
1. Jika Anda telah menyadari bahwa Anda adalah manusia yang berdosa, apa yang akan Anda mohonkan kepada Allah?
2. Allah yang mulia dan benar mau mengasihi Anda. Bagaimana Anda akan mengungkapkan rasa syukur Anda kepada-Nya?
Pokok Doa:
Mintalah ampun kepada Allah jika selama ini Anda merasa sebagai orang yang benar dan menyalahkan Allah.
Komentar
Posting Komentar