“MAHKOTA DURI DI KEPALA SANG RAJA”
"Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya."
(Markus 15:17)
Yesus memasuki Yerusalem disambut sebagai Raja. Daun palma melambai, sorak sorai menggema: “Hosana bagi Anak Daud!” Namun hanya beberapa hari kemudian, sang Raja itu bukan lagi diarak di jalan, melainkan diolok-olok dan dihina. Ia tidak duduk di atas takhta, melainkan dihakimi dengan ketidakadilan. Jubah ungu dikenakan bukan untuk memuliakan-Nya, melainkan untuk mengejek-Nya. Mahkota-Nya bukan dari emas, tetapi dari duri yang menyayat dahi-Nya.
Inilah ironi kasih terbesar: Sang Raja rela menderita, bukan demi kekuasaan duniawi, tetapi demi menebus dosa umat-Nya. Mahkota duri menjadi simbol cinta yang tak tergoyahkan—pengorbanan yang tulus, tanpa pamrih. Dalam hinaan, Yesus tetap diam. Dalam penderitaan, Ia tetap taat.
Renungan ini mengajak kita merenung: adakah kita menghormati Yesus hanya di saat kemenangan, tetapi meninggalkan-Nya saat salib menghampiri hidup kita? Mari belajar setia, bukan hanya di saat "palma", tetapi juga di saat "mahkota duri" datang. Karena di balik salib, ada kemuliaan kekal yang disediakan bagi setiap orang yang percaya. Amin!
#MahkotaDuri #YesusSangRaja #KasihYangBeraniBerpenderitaan #JubahUngu #MingguPalma #MingguSengsara #PenuhHarapan #PenuhHarapanOfficial
Komentar
Posting Komentar