Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan, di minggu-minggu Advent ini, Yohanes 16:33 mengingatkan kita akan janji Kristus yang sangat relevan. Untuk memahami kedalaman penghiburan ini, kita perlu menggali konteks dan makna dari kata-kata terakhir Yesus sebelum penyaliban-Nya. Yesus mengucapkan ayat ini pada malam terakhir bersama murid-murid-Nya, menjelang penderitaan-Nya di kayu salib. Suasana penuh dengan kesedihan dan ketakutan. Para murid akan segera menghadapi krisis terbesar dalam hidup mereka. Di tengah situasi inilah Yesus memberikan kata-kata penghiburan yang abadi—bukan hanya untuk mereka, tetapi untuk kita semua yang mengikut Dia. Yesus memulai dengan kata "semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku." Kata "kamu" di sini berlaku untuk kita semua—saya, kamu, dan kita bersama-sama. "Damai sejahtera" adalah "eirene" dalam bahasa Yunani, bukan sekadar tidak adanya konflik tetapi ketenangan jiwa yang menda...
Kolose 3:15 berkata, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa damai sejahtera bukan sekadar perasaan tenang, tetapi suatu keadaan hati yang dipimpin oleh Kristus. Ketika Kristus benar-benar memerintah dalam hati kita, maka keputusan, perkataan, dan tindakan kita akan dipenuhi kasih, pengampunan, dan kerendahan hati. Dunia menawarkan banyak hal yang bisa mengusik kedamaian — tekanan hidup, persaingan, konflik dalam hubungan, bahkan perasaan takut akan masa depan. Namun, damai Kristus tidak tergantung pada situasi luar. Ia berasal dari dalam, dari hubungan yang intim dengan Tuhan. Damai ini adalah tanda bahwa Kristus sungguh berkuasa dalam hidup kita. Ketika kita menyerahkan kendali kepada-Nya, hati yang gelisah digantikan dengan keyakinan bahwa Tuhan memegang masa depan kita. Menjadi satu tubuh berarti hidup dalam kesatuan dengan sesama orang percaya....
Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan, Roma 5:8 adalah pernyataan paling indah tentang kasih Allah yang tidak bersyarat. Untuk memahami kedalaman kasih ini, kita perlu menggali konteks dan makna dari ayat yang mengubahkan ini. Rasul Paulus menulis surat Roma untuk menjelaskan Injil secara sistematis kepada jemaat di Roma. Dalam pasal 5, setelah menjelaskan pembenaran oleh iman, Paulus menunjukkan fondasi dari pembenaran itu—yaitu kasih Allah yang luar biasa. Ayat 8 adalah puncak dari argumen Paulus tentang kasih Allah yang tidak tergantung pada kelayakan kita. Paulus memulai dengan pernyataan yang kontras: "akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita." Kata "akan tetapi" menunjukkan kontras yang tajam dengan kondisi kita. "Menunjukkan" dalam bahasa Yunani adalah "synistemi" yang berarti membuktikan, mendemonstrasikan dengan bukti yang jelas. Allah tidak hanya mengatakan Dia mengasihi kita, tetapi Dia membuktikannya dengan tindakan nyata...
Komentar
Posting Komentar